Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selasa, 28 April 2009

Mitos-mitos dalam pembuatan nata de coco

Dalam industri pembuatan nata de coco sering dijumpai berbagai anggapan yang kurang tepat dan dapat mengganggu atau menghambat proses produksi sehingga berpangaruh terhadap efisiensi dan efektifitas produksi.
Adapun anggapan yang sering di hadapi oleh para pelaku industri pembuatan nata adalah sebagai berikut:
a. Pemakaian penutup loyang sebagai wadah pemeraman nata yang berupa kertas koran. Pemakaian koran sebagai penutup loyang pemaraman ini terkait dengan anggapan bahwa bakteri yang digunakan yaitu bakteri acetobacter xylinum adalah bakteri aerobik yang memerlukan oksigen dalam pertumbuhannya. Anggapan ini tidaklah salah, tetapi dengan terus banyaknya penelitian diketahui bahwa baktri ini merupakan bakteri fakultatif yaitu bakteri yang dalam pertumbuhannya memerlukan oksigen tetapi hanya dalam jumlah sedikit. Melihat dari hal ini agar lebih praktis dan tidak merepotkan maka dalam poses produksi nata dapat digunakan loyang yang mempunyai tutup tersendiri. Selain itu dengan penggunaan loyang berpenutup ini kita tidak mengeluarkan biaya untuk membeli kertas koran sebagai penutup dan juga penggunaan koran nantinya menambah limbah yang terbuang dari sisa kegiatan produksi.
b. Penggoyangan pada media yang bisa menyebabkan kegagalan. Jika ditinjau dari jenis bakteri aktifitasnya pada permukaan atau terapung. Jika selulosa atau natanya belum terbentuk dan media tergoyang maka nata yang masih tipis atau belum tebal akan turun dan bakteri akan naik dan membentuk nata baru sehingga produksi nata yang tebal tidak terbentuk atau tidak maksimal karena ketinggian air kelapa rendah.

Cara Pembuatan Nata de Coco

1. Alat

a. Botol. Sebagai wadah bibit yang akan digunakan untuk memfermentasi air kelapa.
b. Loyang. Loyang digunakan sebagai wadah air kelapa yang akan kita fermentasi atau peraman.
c. Gayung. Digunakan sebagai pengambil air kelapa. Dalam produksi skala industri dapat digunakan ember atau alat lain yang disesuaikan.
d. Panci. Tempat mendidihkan air kelapa. Dalam produksi skala yang besar ukura panci dapat disesuaikan.
e. Pisau. Alat untuk memotong-motong lembaran nata.
f. Kompor/ Tungku. Sebagai sumber panas yang digunakan dalam mendidihkan air kelapa. .
g. Sendok . Sebagai penakar penambahan bahan yang digunakan.
h. Telenan. Sebagai alas pada saat memotong-motong nata.


2. Bahan

Air kelapa
Gula pasir.
Asam asetat atau Asam sitrat
Urea

3. Prosedur Kerja
a. Pembuatan bibit.
1. Ambil dan saring air kelapa yang telah sebagai media yang akan digunakan dalam pembuatan bibit.
2. Air kelapa tersebut kemudian direbus dalam panci hingga mendidih.
3. Selama menunggu proses perebusan selesai lakukan penakaran dengan perbandingan air kelapa 5 liter gula ditambahkan sebanyak 5 sendok bebek, urea 2,5 sendok bebek.
4. Bahan bahan tersebut dilarutkan terlebih dahulu di dalam wadah terspisah dengan air kelapa yang telah mendidih kemudian dicampurkan kedalam air kelapa yang mendidih tersebut dan aduk hingga rata.
5. Kemudian angkat dan sesegera mungkin pindahkan ke botol.
6. Tutup botol dengan kertas koran untuk menghindari gangguan serangga dan kontaminasi bakteri lain.
7. Diamkan sampai dingin, setelah dingin berikan starter induk kedalam botol starter. Penambahan bibit induk dilakukan dekat api agar tidak ada bakteri lain yang mengkontaminasi.
8. Peram/diamkan hingga 3 sampai 4 hari dan starter siap digunakan.

b. Pembuatan Nata De Coco
Pembuatan nata de coco pada dasarnya sama dengan pembuatan starter hanya saja kapasitasnya akan lebih banyak dari pada pembuatan bibit nata. Adapun cara kerjanya adalah:
1. Ambil dan saring air kelapa yang telah sebagai media yang akan digunakan dalam pembuatan nata de coco.
2. Air kelapa tersebut kemudian direbus dalam panci hingga mendidih.
3. Selama menunggu proses perebusan selesai lakukan penakaran dengan perbandingan air kelapa 5 liter gula ditambahkan sebanyak 5 sendok bebek, urea 2,5 sendok bebek.
4. Bahan bahan tersebut dilarutkan terlebih dahulu di dalam wadah terspisah dengan air kelapa yang telah mendidih kemudian dicampurkan kedalam air kelapa yang mendidih tersebut dan aduk hingga rata. Perlu diingat penambahan bahan yang dilakukan langsung kedalam air kelapa yang masih mendidih akan mudah menyebabkan kebocoran panci.
5. Kemudian angkat dan sesegera mungkin pindahkan ke dalam loyang dan segera ditutup dengan tutup dari loyang tersebut.
6. Diamkan sampai dingin, setelah dingin berikan bibit ke dalam loyang.
7. Peram/diamkan hingga tebal nata telah cukup dan biasanya dalam waktu satu minggu sampai sepuluh hari pemeraman.
c. Pemanenan Nata De Coco
1. Air kelapa yang telah diperam selama satu minggu sampai sepuluh hari nata siap untuk dipanen.
2. Angkat dan keluarkan nata dari wadah dan nata dipotong-potong. Setelah dipotong-potong nata kemudian rebus dengan menggunakan air hingga air mendidih dan kemudian rendam dan peras nata. Perebusan dan pemerasan dilakukan hingga rasa dan bau asam hilang dan nata siap untuk diolah lagi.

Produk Nata De Coco

Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4

Nata de coco adalah nata hasil fermentasi yang dibuat dari bahan baku air kelapa dengan bantuan bakteri Acetobacter Xylinum. Nata sendiri adalah nama yang berasal dari negara Filipina untuk menyebut suatu pertumbuhan yang menyerupai gel yang terapung pada permukaan medium yang mengandung gula dan asam yang dihasilkan oleh mikroorganisme Acetobacter Xylinum. Kata nata mungkin berasal dari bahasa Spanyol nadar yang berarti berenang. Rupanya istilah tersebut diturunkan dari kata latin yaitu natare yang berarti terapung (Collado, 1986).

Seperti halnya pembuatan beberapa makanan atau minuman hasil fermentasi, pembuatan nata juga memerlukan bibit. Bibit tape biasa disebut ragi, bibit tempe disebut usar, dan bibit nata de coco disebut starter. Bibit nata de coco merupakan suspensi sel A. xylinum. Untuk dapat membuat bibit nata de coco seseorang perlu mengetahui sifat-sifat dari bakteri ini. Nata de coco berbentuk padat, berwarna putih, transparan dan bertekstur kenyal. Selain banyak diminati karena rasanya yang enak dan kaya serat, pembuatan nata de coco pun tidak sulit dan biaya yang dibutuhkan tidak banyak sehingga dapat sebagai alternatif usaha yang dapat memberikan keuntungan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi nata de coco adalah:

1. Jenis bibit yang digunakan, yaitu bakteri jenis Acetobacter. Dari sekian bayak jenis bakteri Acetobacter yang sering digunakan adalah bakteri Acetobacter xylinum. Bakteri ini tahan di dalam kondisi asam namun juga tidak boleh terlalu asam.

2. Media fermentasi yang digunakan, yaitu air kelapa yang memiliki mineral dan vitamin, baik air kelapa segar atau yang sudah tidak segar, selain itu media juga harus memilki kandungan gizi untuk tumbuh mikroba atau bibit, yaitu sumber karbon yang berasal dari gula, sumber nitrogen dari urea atau ZA, juga penambah asam dari asam cuka.

3. Kondisi lingkungan pemeraman. Yaitu kondisi lingkungan yang baik untuk tumbuh mikroorganisme atau bibit yang meliputi kadar asam dan nutrisi pada media, suhu lungkungan, juga goncangan pada media.

Minggu, 08 Maret 2009

Kulit Telur

Unggas yang merupakan salah satu kelompok hewan adalah sumber utama penghasil telur. Fungsi utama telur bagi unggas adalah sebagai bagian dari proses reproduksi pada unggas yang nantinya akan berkembang menjadi individu baru. Komposisi dan struktur telur sangatlah lengkap serta terdesain secara sempurna bagi mendukung perkembangan dan juga ketahanan embrio yang telah dibuahi hingga akhirnya menetas menjadi individu baru.

Telur terbagi menjadi beberapa komponen/bagian utama yaitu cangkang atau kulit telur, putih telur (albumin) dan juga kuning telur. Ketiga komponen utama ini terpisah oleh adanya membran pemisah diantara ketiganya sehingga ketiga komponen ini tidak saling bercampur dan sangat konsisten. Bercampurnya bagian telur terutama bagian putih dan kuning adalah salah satu penanda telah terjadinya kerusakan terhadap telur tersebut.

a. Kulit/cangkang telur.

Kulit telur merupakan bagian yang sangat penting terutama sebagai pelindung dari isi telur. Kulit telur tersusun oleh bahan anorganik 95,1%, protein 3,3% dan air 1,6%. Namun komposisi ini dapat berbeda-beda pada setiap spesies unggas.

Struktur dari kulit telur yaitu keras dan berpori-pori. Kerasnya struktur telur ini karena kulit telur tersusun oleh persennyawaan bahan organic terutama kalsium dalam bentuk kalsium karbonat. Dengan kerasnya kulit telur maka isi telur akan terjaga.

Struktur telur yang berpori-pori ini berfugsi sebagai saluran sirkulasi atau keluar masukkanya gas oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) selama proses penetasan. Oksigen diperlukan embrio untuk proses pernafasan dan perkembangannya. Selain itu pori-pori ini juga sangat berguna pada saat pengolahan telur asin terutama pembuatan yang menggunakan metode perendaman dengan larutan garam dan pembalutan dengan pasta garam. Garam dalam bentuk larutan akan dapat masuk dan berdifusi ke dalam isi telur ( putih dan kuning telur) melalui pori-pori kulit telur ini.

Pori-pori ini selain dapat sangat bermanfaat bagi perkembangan embrio namun juga dapat sangat merugikan bagi ketahanan telur itu sendiri. Melalui pori-pori telur ini berbagai mikroorganisme dapat masuk dan merusak isi telur yang kandungan zat gizinya sangat lengkap. Mikroorganisme yang dapat merusak telur seperti Salmonella, Staphylococcus dan Arizona, dan mikroorganisme yang paling sering dijumpai adalah Staphylococcus aureus. Yang perlu di waspadai adalah mikroorganisme ini dapat menghasilkan senyawa toksik yang dapat membahayakan bila telur yang tercemar ini dikonsumsi oleh manusia. Kerusakan ini akan dapat dipercepat dengan terjadinya kerusakan kulit telur seperti pecah dan retak. (kerusakan dan system pertahanan telur akan dibahas pada bagian tersendiri)